Sabtu, 18 Februari 2012

Gusnaidi, Penjual Martabak di Belimbing Lestarikan Martabak Manis Asli Padang

Martabak Bandung sudah lama mengepung Kota Padang. Bertebaran di kaki lima. Lalu martabak Padang? Meski tetap ada namun tak “seheboh” martabak Bandung. Tapi kini Gusnaidi, 28, seperti mengangkat khasanah martabak manis Padang yang seakan tenggelam.

Meski kini telah banyak jenis martabak bermunculan dengan berbagai aneka rasa, tidak menyurutkan semangat Gusnaidi, 28, menjual dan  mempertahankan martabak manis asli  Padang. Pria yang akrab disapa Edi ini mencoba melestarikan salah satu kuliner Padang yang dulunya digandrungi oleh masyarakat.

Pada pukul 16.00 WIB, laki-laki muda itu sibuk mengocok adonan martabaknya. Dengan kedua tangan ia terus memutar-memutar adonan di dalam sebuah ember. Padang Ekspres menghampiri gerobaknya. Selesai mengaduk, ia pun mengambil adonan dengan cangkir kecil, dan menuangkannya ke dalam wajan berbahan baja yang telah ia panaskan dengan kompor gas.

Suara mendesir pun keluar ketika adonan yang dituangkannya menyentuh wajan. Bukan hanya itu tapi juga diiringi aroma wangi yang menjalar menusuk-nusuk hidung. Siapa yang mencium pasti ingin mencicipinya.

Belum matang adonan yang dituang ke wajan, seorang perempuan paruh baya tiba-tiba muncul dari samping gerobak dan berkata  “Sudah ada yang masak, Nak. Ibu beli dua,” ujar perempuan itu. “Belum buk, saya buatkan dulu,” balas Edi kerpada perempuan itu. tampaknya ia sudah tak sabaran ingin membeli martabak manis padang buatan Edi.

Berjualan martabak baru setahun dilakoni Edi. Kenapa ia memilih menjual martabak Padang, karena ingin melestarikan martabak asli buatan Padang. Selain itu, martabak makanan yang disukai orang jadi prospek penjualannya pun cukup bagus.

Dalam mempelajari membuat martabak manis asli Padang, Edi menghabiskan waktu dua bulan. Sebenarnya itu belum waktu yang cukup dalam mempelajari cara membuat martabak Padang. Namun dengan usaha kerasnya, kini ia telah mahir dalam membuat martabak Padang dengan rasa yang menakjubkan.

”Dulunya martabak Padang ini hanya ada di Padang. Tapi cerita yang ia peroleh, orang-orang Padanglah yang membuat martabak ini populer di negeri rantau, seperti Jakarta, Batam, dan daerah lainnya,” katanya.

Edi menyebutkan, beda martabak manis Padang dengan martabak lainnya, hanya menggunakan bahan standar dalam penyajiannya. Seperti isi martabak seperti pulut hitam yang diberi kelapa kukus, dan kacang tanah yang direndang. Selain itu martabak Padang cukup tahan dan tidak cepat basi. Dalam pembuatan martabak Padang tentu ada resep dan  bumbu tersendiri bagi setiap penjualnya. Ini pun sudah menjadi rahasia umum bagi setiap penjual martabak.

Edi pun menjual martabak dengan harga Rp 5.000 satu porsinya. Harga yang cukup terjangkau dibandingkan dengan martabak jenis lainnya. Makanya martabaknya diminati banyak pembeli. Selain itu ia juga orang satu-satunya yang menjual martabak Padang di kawasan Perumnas Belimbing.

 Dalam sehari omzet yang didapat Edi bisa mencapai Rp300 ribu tergantung berapa banyaknya ia membuat martabak. Biasanya martabak yang telah ia buat selalu laku terjual, bahkan untuk dimakan sendiri ia pun harus berebut dengan pembeli. “Jika tidak disimpan satu porsi, nanti saya tidak kebagian,” ujar laki-laki yang masih membujang ini.

Edi berencana jika nanti ia telah banyak mengumpulkan uang, ia akan mengontrak sebuah toko guna kelancaran bisnis martabaknya. Ia bertekad menjadi orang yang terus melestarikan martabak asli Padang, hingga anak cucu nantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar